Thursday 26 January 2017

TEORI SKEMA ILMU PERILAKU



 Istilah “skema” sebenarnya bukan hal yang baru bagi kita. Kata ini sudah lama milik bahasa Indonesia (merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris ‘schema’). Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘skema’merupakan padanan dari ‘bagan’, ‘rangka-rangka’, ‘rancangan’.
            Skema adalah suatu kerangka kerja kognitif atau konsep yang membantu mengatur dan menginter prestasikan informasi. Skema dapat berguna karena mereka dapat memungkinkan kita untuk mengambil jalan pintas dalam menafsirkan sejumlah besar informasi yang tersedia dilingkungan kita. Namun kerangka mental ini juga menyebabkan kita untuk mengecualikan informasi yang berkaitan dengan hanya berfokus pada hal-hal yang mengkonfirmasi keyakinan kita yang sudah ada sebelumnya ( Priyoto, 2014).
Skema atau skemata sebagai organisasi sistemik memberikan gambaran mental kepada individu tentang objek dalam bentuk yang kompleks dan canggih. Skema/skemata menjadi bangunan dasar dari pengetahuan, nilai, sikap, dan tindakan individu terhadap objek, serta menjadi kerangka acuan bagi individu di dalam mengerti, menilai, bersikap, dan bertindak atas objek ( Farisi, 2006).
Ada beberapa sumber yang menjelaskan pengertian skema ini.  Keterangan yang cukup lengkap dikemukakan oleh Chaplin (1981) yang   terdapat dalam  Dictionary of Psychology.
Chaplin mengemukakan empat macam keterangan tentang skema itu, ialah:
1.    skema sebagai suatu peta kognitif yang terdiri atas sejumlah ide yang tersusun rapi
2.    skema sebagai kerangka referensi untuk merekam berbagai peristiwa atau data
3.    skema sebagai suatu model
4.    skema sebagai suatu kerangka referensi yang terdiri atas respons-respons yang pernah diberikan, kemudian menjadi standar bagi respons-respons selanjutnya.
Dalam kamus ‘A Dictionary of Reading’ (1981) dijelaskan tentang makna skema sebagai berikut:
1)    Skema adalah suatu pemberian yag digeneralisasikan, suatu rencana  atas struktur, seperti yang digunakan dalam kalimat “Skema proses membaca setiap orang boleh dikatakan tidak pernah sama”.
2)    Skema adalah suatu sistem yang konseptual yang perlu untuk memahami sesuatu.
Contoh, skema tentang kebudayaan yang dimiliki oleh si A dapat menolong pemahamannya dalam bidang bahasa.
3)    Skema adalah suatu cerita yang melahirkan kenyataan yang disimpan dalam pikiran, tetapi tidak ditransformasikan lewat pikiran (Piaget).
Dari sejumlah pengertian skema di atas, kita dapat menangkap pengertian yang sederhana tentang skema itu, yakni sebagai latar belakang atau asosiasi-asosiasi yang dapat bangkit dan muncul atau membayang kembali pada saat seseorang melihat atau membaca kata, frasa, atau kalimat. Dengan demikian, skema sangat membantu terhadap pemahaman sesuatu yang didengar atau dibaca. Banyak skema yang dapat kita miliki tentang objek-objek tertentu, misalnya tempat (sekolah, rumah, pasar, bioskop), berbagai kegiatan (sepak bola, pertunjukan sandiwara, pesta ulang tahun), tentang peranan (ayah, ibu, guru, kakak), tentang perasaan (kasih, benci, sayang, senang, bahagia). Waktu membaca atau mendengar kata “pantai”, pikiran kita mungkin akan mengasosiasikan atau menghubungkan konsep pantai itu dengan berbagai konsep lain yang dekat hubungannya dengan pantai, seperti gemuruh ombak, orang yang riang bermain-main dengan air laut, pohon nyiur yang indah melambai-lambai atau sinar lembayung saat matahari terbenam. Mungkin juga skema tentang pantai dapat berasosiasi dengan rencana berikutnya untuk pergi ke pantai yang lebih mudah, berkemah di tepi pantai dan seterusnya. Dengan demikian, skema seseorang tidak akan sama dengan yang lainnya. Dengan kata lain, skema seseorang sangat bergantung pada pengalaman yang dimilikinya.
Berdasarkan uraian di atas, bolehlah kita mengatakan bahwa skema adalah abstraksi pengalaman yang secara tetap mengalami pemantapan sesuai dengan informasi baru yang diperoleh. Dengan demikian, semakin banyak pengalaman seseorang semakin bertambah pulalah penyempurnaan skemanya.
Skema pengetahuan terorganisasi menurut Anderson dapat berkembang, perkembangan terjadi sesuai adanya informasi baru yang diterima, dan bisa terjadi tambahan variable-variabel baru yang merubah organisasi skema, contoh gambar 1 dibawah ini tentang skema telur yang awalnya hanya bentuk telur dan kegunaan telur bisa berkembang menjadi skema binatang penghasil telur, dan seterusnya.
Gambar 1 : Skema telur
 






















2. Pembentukan dan Perkembangan Skema
Dalam teori konstruktivisme terdapat dua pandangan tentang proses pembentukan dan perkembangan skema atau skemata. Piaget dan para proponen konstruktivisme kognitif, memandang bahwa proses pembentukan dan perkembangan skema atau skemata terjadi melalui mekanisme internal atau intra-psikologis, melalui fungsi adaptasi skematik (asimilasi dan akomodasi) sebagaimana sudah dikemukakan di atas. Sedangkan Vygotsky dan para proponen konstruktivisme sosio-kultural,meman-dang bahwa proses pembentukan dan perkembangan skema atau schemata terjadi melalui mekanisme interpersonal atau inter-psikologis, melalui fasilitasi yang disebut alat-alat psikologi (psychological tools), yang sekaligus merupakan konsep kunci dalam epistemologi sosio-kultural Vygotskyan. Dalam aliran konstruktivisme, teori alat-alat psikologis ini memberikan perspektif yang segar dalam kajian perbandingan tentang teori perkembangan psikologi anak dan epistemologi genetic Piagetian. Teori alat-alat psikologi ini, juga memberikan kontribusi terhadap signifikansi aspek sosio-kultural dalam proses pembentukan dan pengembangan skema  (skematisasi), yang dalam teori struktur skematik model Piagetian bersifat marginal (Farisi, 2006).

3.   Teori Skema
Teori skema berupaya menjelaskan bagaimana manusia dapat menangani lingkungan harian kita yang berubah terus menerus. Yang jelas, manusia tidak memandang setiap situasi sebagai unik dan tidak lazim baginya. Dengan cepat ditemukannya unsur-unsur dan pola-pola yang sudah dikenalnya dalam kegiatan-kegiatan sekitarnya. Ini berkaitan dengan memori kita di mana tersimpan suatu perbendaharaan amat besar daripada pengalaman, fakta, bau, rasa pokoknya apa saja, yang memungkinkan seseorang mengadakan perkiraan mengenai apa yang terjadi disekitarnya. Dan caranya dia menarik bagian-bagian dari memori itu tidak terpenggal-penggal secara acak dan lepas, melainkan dalam bentuk terorganisir. Itulah yang memungkinkan seseorang dengan cepat membedakan atara upacara perkawinan dan upacara wisuda atau antara terminal bis dan bandara.
Teori skema berkembang berdasarkan konsep skema dalam psikologi kognitif. Skema (atau skemata) adalah struktur sistematis daripada kumpulan bebagai pengetahuan yang diperoleh sejak masa kanak-kanak. Pengetahuan ini tentu saja berbeda setiap orang sesuai dengan usia serta pengalamannya.
Teori skema, yang sekarang diterima secara luas sebagai memainkan peran kunci dalam pembacaan pemahaman didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan awal pembaca secara langsung berdampak pada situasi pembelajaran baru. Teori skema telah ada dalam berbagai bentuk sejak tahun 1930-an, namun baru muncul kembali akhir-akhir ini dan telah digambarkan sebagai suatu konsep penting dalam pengajaran.
Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor  burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Skema memudahkan kita berpikir dari atas ke bawah, mengendalikan kosep atau teori mengendalikan proses dan juga sebalikanya dari bawah keatas atau mengendalikan proses data,, kita cenderung mengisi kekosongan dalam celah dengan pengetahuan utama kita dan prasangka daripada mencari kumpulan informasi secara lansung dari konteks yang segera.

4.   Ciri-ciri Skemata
Beberapa ciri schemata sebagaimana dikemukakan oleh Anderson :
1.    Skemata selalu diorganisir secara bermakna, dapat ditambahkan dan dengan pengalaman yang diperoleh seseorang dapat dikembangkan sehingga mencakup lebih banyak variabel dan menjadi leih khas.
2.    Setiap skema termasuk dalam schemata lain dan berisi subskemata-subskemata.
3.    Schemata berubah dari waktu ke waktu seiring dengan masuknya berbagai informasi.
4.    Schemata dapat juga disusun kembali ketika data yang masuk membawa suatu kebutuhan untuk mengatur kembali konsep tersebut.
5.    Representasi mental digunakan selama proses persepsi dan pemahaman dan yang berkembang sebagai hasil proses ini, bergabung untuk membentuk suatu kesatuan yang lebih besar dari gabungan seluruh bagiannya.

5.   Tipe-tipe Skema
Ada banyak tipe skema, meskipun semuanya berpengaruh dari encoding (mengambil/ mengatakan dan menterjemahkan) memori informasi lama dan penyimpulan tentang informasi yang hilang. Skema yang sering digunakan adalah person schemata, role schemata, event schemata/scripts, content free schemata dan self schemata.
a.   Person Skemata
Peson schemata adalah struktur pengetahuan secara pribadi tentang seseorang yang spesifik, misalnya: kita mempunyai skema tentang teman baik  kita (kita menggambarkan teman kita baik dan pintar tetapi cenderung clam up di perusahaan dan memilih duduk di kafe daripada naik gunung) atau tentang polisi tertentu, penulis terkenal atau tetangga sebelah kita.
b.   Role Skemata
Role schemata adalah struktur pengetahuan tentang kedudukan suatu peraturan, misalnya pilot pesawat terbang (mereka menerbangkan pesawat dan tidak seharusnya minum whisky di kabin) dan dokter (meskipun orang asing, mereka diperbolehkan untuk bertanya masalah pribadi dan menyuruh anda untuk membuka baju). Meskipun role skema ini dapat sedikitnya memberikan pengetahuan bagaimana seharusnya berperan, terkadang juga membentuk pengertian yang baik sebagai skema tentang kelompok sosial, dalam hal jika beberapa skema terbagi secara essensial dalam stereotip sosial.
c.   Scripts
Skema tentang kejadian-kejadian, umum disebut scripts (Abelson 1981; Shanck dan Abelson, 1977). Kita mempunyai script (naskah) untuk menghadiri kuliah, pergi untuk nonton film, bersenang-senang di pesta, memeberikan sebuah penyajian, makan disebuah restoran dan juga seterusnya. Misalnya seseorang sering menonton pertandingan basket mempunyai naskah yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang pebasket. Ini membuat seluruh kejadian berarti, bayangkan bagaimana jika anda tidak pernah tahu tentang pertandingan basket dan tidak pernah mendengar tentang basket. Tidak adanya naskah yang berkaitan sering dapat menjadi kontribusi utama dalam kemampuan diri menemukan tempat tinggal sementara dalam budaya asing (sebagai contoh : imigran baru).
d.   Content Free Schemata
Content free schemata tidak berisi informasi yang banyak tentang kategori spesifik, tetapi sedikit peraturan untuk informasi. Content free schemata dapat ditunjukkan secara spesifik seperti jika anda menyukai John dan John menyukai Tom, maka mempertahankan keseimbangan, anda juga seharusnya menyukai Tom atau secara spesifik bagaimana sifat dapat menyebabkan perilaku seseorang.
e.   Self Schemata
Akhirnya seseorang menggambarkan dan menyimpan informasi tentang diri mereka dalam suatu kesamaan, tetapi lebih kompleks dan bervariasi daripada informasi lainnya. Infomasi tentang susunan cirri merupakan konsep diri. Informasi tersebut disimpan sebagai hubungan yang terpisah-simpul spesipik yang merupakan aktivitas hubungan yang berbeda, simpul berbeda dan aspek dalam diri yang berbeda. Orang cenderung memiliki pemahaman yang jelas tentang diri mereka dalam beberapa hal tertentu, tetapi tidak memiliki skema untuk hal yang lainnya. Seseorang memiliki skema diri dalam suatu dimensi yang penting bagi diri mereka, dimana mereka berpikir mereka luar biasa dan kenyataannya berlainan.
Kebanyakan orang memiliki konsep diri yang kompleks dengan skema diri yang relative luas. Linville mengusulkan bahmwa variasi tersebut membantu menopang seseorang dari dampak negative kejadian kehidupan dengan meyakini benar bahwa skema diri salah satunya berasal dari perasaan puas. Skema diri tidak hanya menggambarkan tentang bagaimana kita, Markus dan Nurius mengusulkan bahwa kita memiliki barisan skema orientasi masa depan tentang keinginan kita akan menjadi apa nantinya. Misalnya setelah lulus, seorang siswa ingin memiliki masa depan sebagai model sebuah universitas atau penyanyi band rock and roll.
Higgnis mengusulkan bahwa kita memiliki 3 tipe skema diri:
1.    Actul self, tentang bagaimana kita saat ini
2.    Ideal self, tentang kita ingin menjadi apa
3.    Ought self, tentang bagamana kita seharusnya

Perbedaan antara actul self, ideal self dan ought self dapat menyebabkan perubahan untuk mengurangi perbedaan. Kegagalan untuk memutuskan perbedaan actual/ ide menghasilkan hilangnya hubungan emosi (seperti : kecemasan, ketidakpuasan, kesedihan) sementara kegagalan memutuskan perbedaan actual/ought menghasilkan pemberontakan hubungan emosi (seperti : kecemasan, ancaman, ketakutan).
6.   Penggunaan Skema
Manusia dalam berbagai situasi dan peristiwa mempunyai banyak ciri-ciri yang mungkin tidak secara langsung terlihat nyata yang akan digunakan sebagai dasar dari sebuah kategorisasi dan konsekuensi dimana sebuah skema dipilih untuk digunakan (gambar 1). Sebagai contoh: orang tertentu mungkin berkebangsaan Inggris, seorang wanita Katolik dari Aberdeen yang lucu, pintar, tidak terlalu atletis dan bekerja sebagai insinyur. Isyarat-isyarat apa yang akan digunakan sebagai dasar pengkategorian dan penggunaan skema?
Karena manusia cenderung menggunakan kategori level dasar yang tidak terlalu inklusif maupun ekslusif, mereka mengawali dengan super ordinat atau sub ordinat (misalnya: wanita karir, bukan wanita atau pengacara wanita) , kemudian mereka melanjutkan dengan stereotip sosial dan skema peran daripada skema ciri (misalnya: politisi bukan intelegen). Manusia juga lebih cenderung menggunakan skema yang cirinya lebih mudah dideteksi keistimewaannya, seperti warna kulit, pakaian atau tampak fisik atau yang mempunyai keistimewaan khusus secara kontekstual (misalnya: seorang pria diantara para wanita). Skema yang mudah didapat yang biasa dilakukan atau yang paling mencolok dan skema yang mempunyai banyak keistimewaan penting terhadap skema itu sendiri mempunyai kemungkinan besar dipikirkan. Jadi misalnya seseorang yang mendiskriminasikan warna kulit akan cenderung menggunakan skema berdasarkan warna kulit daripada yang tidak mendiskriminasikan warna kulit. Akhirnya seseorang cenderung untuk mencirikan skema suasana hati yang biasa terjadi dan skema yang berdasarkan informasi awal daripada informasi akhir.
Cost of Being Wrong
·      Outcome dependency
·      Accountability
Cost of Being Indecisive
·      Anxiety and stress
·      Performance Pressure
·      Communication Goals

Individual Differences
·      Attributional Complexity
·      Uncertainty Orientation
·      Communication Goals
·      Need for Cognition
·      Cognition Complexity
·      Self Schemata
·      Chronic Accessibility

Commonly Used Shemata
·      Subtypes
·      Prototypes
·      Roles
·      Easily Determined
·      Schemata
·      Accessibility Schemata
·      Self Referent Schemata
·      Mood Congruent Shemata

Gambar 2 : Some Major Influences on Commonly Used Schemata

 















Skema dengan ciri wajar dengan proses skema yang cukup fungsional dan cukup akurat untuk keperluan interaksi yang cepat. Mereka mempunyai akurasi yang dibatasi. Kadang seseorang perlu menggunakan skema yang lebih akurat yang cocok terhadap datanya, pada suatu kasus ada pergeseran kognitif dari kendali teori menjadi kendali data.
Banyak orang dapat menjadi sadar bahwa proses skematis tidak akurat dan dalam kasus skema kelompok sosial, tidak diinginkan karena mengikutsertakan stereotip dan prasangka buruk. Sebagai akibat banyak orang secara aktif akan mencoba untuk tidak terlalu mengandalkan skema. Walaupun hal ini bisa mendapatkan kesuksesa namun sering tidak signifikan terhadap latar belakang proses yang telah dijelaskan diatas.
Terdapat perbedaan individual yang mungkin dapat mempengaruhi derajat dan tipe penggunaan skema, yaitu:
1.    Kompleksitas atribut (sifat) variasi orang-orang dlam kompleksitas dan angka pada penjelasan mereka terhadap orang lain.
2.    Orientasi ketidakpastian variasi orang-orang dalam keinginan mendalami seuah informasi versus sisa-sisa yang tidak diberi informasi namun pasti.
3.    Kebutuhan akan kognitif perbedaan orang-orang dalam seberapa banyak mereka menyukai untuk berpikir dalam-dalam mengenai sesuatu.
4.    Kompleksitas kognitif perbedaan orang-orang dalam kompleksitas dari proses kognitif dan representasi mereka.

Banyak orang juga berbeda dalam berbagai skema yang mereka pilih tentang mereka sendiri. Pada dasarnya komponen yang sangat penting dari sebuah skema tentang diri sendiri juga penting dalam persepsi skema orang lain. Perbedaan individu dalam aksessibilitas kronis (sering digunakan) dari skema dapat sering berdampak pada penggunaan skema untuk penerimaan orang lain. Dua tipe skema yang telah diteliti secara luas dan memperhatikan perbedaan pada manusia adalah skema gender dan polotik. Manusi cenderung berbeda dalam istilah tradisional atau sifat konservatif dari skema gender atau peran gender dan hal ini mempengaruhi diantara hal-hal yang lain, tingkatan dimana mereka merasa orang lain lebih atau kurang maskulin atau feminism. Skema politik terlihat mengandalkan keahlian dan pengetahuan politis dan penggunaan skema tersebut memprediksi laju penyandian, pemikiran focus, recall yang relevan dan seterusnya.
7.    Perkembangan Skema
Skema kemahiran dan perkembangan mengikutsertakan beberapa proses:
1.      Skema lebih abstrak, pertaliannya semakin kuat jika kejadiannya sering ditemukan
2.      Skema menjadi lebih berbobot dan lebih rumit sejalan dengan banyaknya hal baru yang ditemukan pengalaman yang banyak dengan sesorang tertentu atau suatu kejadian menyebabkan skema menjadi lebih kompleks tentang orang atau kejadian tersebut.
3.      Dengan meningkatnya kompleksitas, skema jauh lebih terorganisir ada hubungan yang bertambah diantara elemen-elemen skema.
4.      Peningkatan peraturan menghasilkan skema yang lebih padat, salah satu yang lebih menyerupai sebuah konstruksi mental yang dapat diaktifkan dalam tanpa atau segala cara.
5.      Skema menjadi lebih fleksibel jauh. Skema tersebut dapat menggabungkan perkecualian daripada hanya menyingkirkan perkecualian karena dapat mengancam validitas dari skema tersebut.
6.      Semua hal menjadi sama, seluruh proses tersebut seharusnya membuat skema menjadi lebih akurat.

Skema memberikan pendirian akan tertib, struktur dan suatu hubungan terhadap dunia sosial. Jika tidak, akan menjadi kompleks dan tidak dapat diprediksi. Untuk alas an ini ada beberapa tekanan yang kuat untuk mempertahankan skema tersebut. Banyak orang sangat resisten terhadap informasiyang tidak jelas tentang skema, dimana mereka cenderung tidak perduli atau mengartikan ulang.
Kepemilikan dari sebuah skema yang stabil dan tidak berubah-ubah bahkan yang sedikit tidak akurat, menyediakan kita dengan keunggulan proses informasi yang signifikan. Ketidakakuratan yang tinggi, sering akan mengakibatkan perubahan skema. Misalnya,nskema yang mengkarekteristikkan dinga buas, menyenangkan untuk disayangi, binatang piaraan yang biasa suka diajak bermain. Jika anda menemukan singa tersebut di alam terbuka, perubahan karekteristik akan terjadi secara dramatis jika selamat dalam pertemuan tersebut
      Rothbart (1981) mengusulkan tiga proses perubahan skema:
1.    Pencatatan adalah sebuah proses perubahan yang lambat dan berangsur-angsur dalam merespon sebuah bukti baru.
2.    Konfersi, informasi yang belum dipastikan secara berangsur-angsur bertambah sampai informasi-informasi yang penting telah didapatkan, pada saat tersebut akan terjadi perubahan mendadak dan secara besar-besaran.
3.    Subtype, skema merubah konfigurasinya dalam merespon informasi yang belum dipastikan dengan membentuk sub kategori.

Perubahan skema juga tergantung pada tingkatan dimana skema secara logika tidak dapat dipastikan atau hampir tidak dapat dipastikan. Secara logis skema yang tidak dapat dipastikan biasanya dengan mudah diubah oleh adanya bukti tidak dapat dipastikan, misalnya jika skema kita tentang Paul adalah seorang yang jujur, maka bukti bahwa ia berbuat curang akan mengubah skema kita (orang jujur tidak berbuat curang). Skema yang hampir tidak dapat dipastikan juga mudah untuk diubah: yaitu yang mudah menemui ketidakcocokan, misalnya keramahtamahan, karena hal tersebut sering diperlihatkan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat sedikit kesempatan untuk memperhatikan contohnya perasaan pengecut, maka skema perasaan pengecut hampir tidak dapat dipastikan.



DAFTAR PUSTAKA
Farisi, M. I, 2006. Dari Teori Skema Ke Teori Kurikulum: Rekomendasi Untuk Kurikulum Pendidikan Ips-Sd. Surabaya : FKIP Universitas Terbuka di UPBJJ-UT.

Priyoto, 2014. Teori Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Richgel, D. L. 1982. Schema Theory Linguistic Theory, and Representation of Reading Comprehension. Journal of Aducationa Reaseach : Luisiana State University

Syiung An, 2013. Schema Theory in Reading. Finland : ACADEMY PUBLISHER Manufacture.


Sulstyaningsih, L. S. 2005. Teori Skema.  Bogor : Universitas Pendidikan Indonesia.

No comments:

Post a Comment