Konsep Teknik Sampling
2.8.1
Pengertian Teknik Sampling
Teknik sampling
adalah metode pengumpulan informasi (data) terhadap sebagian anggota populasi
(Silalahi, 2003).
Teknik sampling
adalah cara-cara pengambilan sampel (Sudjana, 2005).
Teknik
sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan (Sugiyono, 2013).
2.8.2.
Jenis Teknik Sampling
Teknik
sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability
Sampling dan Non probability
Sampling.
1. Probability
Sampling
Probability
Sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi:
a.
Simple Random Sampling
Dikatakan simpel (sederhana) karena pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen.
Keuntungan merupakan metode yang
paling sederhana dan mudah dimengerti, sedangkan kelemahannyaharus tersedia
daftar kerangka sampling
Contoh: Populasi adalah siswa SD Negeri XX Jakarta yang
berjumlah 500 orang. Jumlah sampel ditentukan dengan Tabel Isaac dan Michael
dengan tingkat kesalahan adalah sebesar 5% sehingga jumlah sampel ditentukan
sebesar 205.
Jumlah sampel 205 ini selanjutnya diambil secara acak
tanpa memperhatikan kelas, usia dan jenis kelamin.
b.
Sistematik Random Sampling
Adalah teknik sampling yang menggunakan nomor urut
dari populasi baik yang berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti
maupun nomor identitas tertentu, ruang dengan urutan yang seragam atau
pertimbangan sistematis lainnya. Dengan metode ini hanya unsur pertma saja yang dipilih secara acah,
sedangkan unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola
tertentu menrut interval tertentu dan tetap.
Keuntungannya: mudah digunakan,
pemilihan sampel dapat dilakukan pada proses yang sedang berjalan, dimana
jumlah populasi dan erangka sampel belum tersedia
Kerugian: Setiap anggota populasi
tidak memiliki peluang sama untuk diambil sebagai sampel, populasi harus
bersifat homogen, dan bila terdapat kecenderungan tertentu maka metode akan
menjadi kurang sesuai
Contohnya :
Akan diambil sampel dari populasi karyawan yang
berjumlah 125. Karyawan ini diurutkan dari 1 – 125 berdasarkan absensi.
Peneliti bisa menentukan sampel yang diambil berdasarkan nomor genap (2, 4, 6,
dst) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dst), atau bisa juga mengambil nomor kelipatan
(2, 4, 8, 16, dst)
c.
Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang
pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata.
Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah
125. Dengan rumus Slovin (lihat contoh di atas) dan tingkat kesalahan 5%
diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi sendiri terbagi ke dalam tiga bagian
(marketing, produksi dan penjualan) yang masing-masing berjumlah :
Marketing : 15
Produksi
: 75
Penjualan : 35
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan
masing-masinng bagian tersebut ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi
kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan
Marketing : 15 /
125 x 95 =
11,4 dibulatkan 11
Produksi
: 75 / 125 x
95 = 57
Penjualan : 35 /
125 x 95 =
26.6 dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah
11 + 57 + 27 = 95 sampel.
Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang
diteliti adalah heterogen (tidak sejenis) yang dalam hal ini berbeda
dalam hal bidangkerja sehingga besaran sampel pada masing-masing strata atau
kelompok diambil secara proporsional untuk memperoleh.
d.
Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan dalam bentuk jumlah sampel, bila
populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000
orang yang berstrata berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2.
Namun jumlahnya sangat tidak seimbang yaitu :
SMP : 100 orang
SMA : 700 orang
DIII : 180 orang
S1 : 10
orang
S2 : 10
orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini
sangat tidak seimbang (terlalu kecil dibandingkan dengan strata yang lain)
sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai sampel.
e.
Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan
sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data yang sangat luas, misal
penduduk dari suatu Negara, Propinsi atau Kabupaten. Untuk menentukan penduduk
mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan
daerah populasi yang telah ditetapkan.
Cara Pengambilan Sampel:
•
Membagi
daerah penelitian kedalam klaster-klaster, kemudian susunlah daftar klaster
•
Tetapkanlah
jumlah klaster yang akan dipilih atas dasar jumlah subjek atau kesatuan
analisis sampel yang dikehendaki
•
Pilihlah
sampel dengan cara random murni atau sistematik
•
Identifikasi
seluruh individu yang termasuk subjek analisis sampel
Keuntungan
•
Tidak
diperlukannya daftar kerangka sampling dari unit elementer untuk seluruh
populasi
•
Lebih murah
dan mudah dilakukan
Kelemahan
•
Sangat sulit
untuk menghitung standar error
Contoh :
Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses
belajar mengajar di tingkat SMU. Populasi penelitian adalah siswa SMA seluruh
Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak dan terbagi dalam berbagai provinsi,
maka penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan sebagai berikut :
Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah.
Misalnya ditentukan secara acak 10 Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.
Tahap kedua. Mengambil sampel SMU di tingkat Provinsi
secara acak yang selanjutnya disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri
dari Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak SMU tingkat Kabupaten yang akan
ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten Sampel), dan seterusnya, sampai
tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah digabungkan, maka
keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini diharapkan akan menggambarkan
keseluruhan populasi secara keseluruhan
- Multistage sampling
Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan berdasarkan tingkat wilayah
secara bertahap. Hal ini memungkinkan untuk dilaksanakan bila populasi terdiri
dari bermacam-macam tingkat wilayah. Pelaksanaanya dengan membagi wilayah
populasi kedalam sub-sub wilayah, dan tiap sub wilayah dibagi ke dalam
bagian-bagian yang lebih kecil dan seterusnya. Kemudian menetapkan subwilayah
sebagai sampel.
Cara Pengambilan Sampel:
•
Membagi
daerah penelitian (populasi) yang sangat luas kedalam klaster-klaster melalui
beberapa tingkatan sampai terpilih klaster sampel
•
Buat daftar
subjek dari semua klaster yang terpilih sebagai klaster sampel
•
Pilihlah
subjek sampel dari daftar subjek tersebut, sebanyak yang dikehendaki dengan
menggunakan teknik acak
Keuntungan
•
Tidak
diperlukannya daftar kerangka sampling dari unit elementer untuk seluruh
populasi
Kelemahan
•
Analisanya
sulit sehingga dalam praktik sulit untuk menentukan berapa sampel yang harus
diambil
2. Non Probability
Sampling
Non Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi:
a. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan
sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
yang diinginkan. Sebagai contoh akan melakukan penelitian tentang pendapat
masyarakat dalam urusan izin mendirikan bangunan. Jumlah sampel yang ditentukan
500 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang tersebut,
maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi kuota yang
ditentukan.
Contoh : akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap
kemampuan mengajar guru. Jumlah Sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat
ditetapkan masing-masing 10 siswa per sekolah.
b. Sampling Insidental (Accidental)
Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan pada
pelayanan Mall A. Sampel ditentukan berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun
dan baru pernah ke Mall A tersebut, maka siapa saja yang kebetulan bertemu di
depan Mall A dengan peneliti (yang berusia di atas 15 tahun) akan dijadikan
sampel.
c. Sampling
Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang
kualitas makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok
digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak
melakukan generalisasi.
d. Sampling Jenuh (Total Sampling)
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel
jenuh adalah sensus, di mana semua anggota populasi dijadikan sampel.
Misalnya akan dilakukan penelitian tentang kinerja
guru di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru
dijadikan sampel.
e. Snowball
Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang lama-lama
menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua
orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data
yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan
dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya (Sugiyono, 2013). Teknik ini cocok untuk penelitian kualitatif.
Contoh lainnya: akan dilakukan penelitian tentang pola peredaran
narkoba di wilayah A. Sampel mula-mula adalah 5 orang Napi, kemudian terus
berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden terus
berkembang sampai ditemukannya informasi yang menyeluruh atas permasalahan yang
diteliti.
No comments:
Post a Comment