2.1
Pengertian Sampel
Sampel adalah sebagain dari populasi yang berkenaan dengan
strategi-strategi yang memungkinkan untuk mengambil suatu sub kelompok dari
yang lebih besar, kamudia kelompok kecil ini digunakan sebagai dasar untuk
membuat keputusan tentang kelompok besar tersebut (Silalahi, 2003).
Sampel adalah sebagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013).
Sampel adalah
sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur
tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Banyaknya anggota
suatu sampel disebut ukuran sampel, sedangkan nilai yang menggambarkan ciri
sampel disebut statistik. Selai itu, statistik dapat juga berarti data yang
berupa angka hasil pencatatan atas suatu kejadian. Contoh, statistik kependudukan
Indonesia dari tahun 1995-2000
2..2. Karakteristik Sampel yang Baik
Menurut Dharma (2011), karakteristik sampel yang baik adalah sebagai
berikut:
1.
Akurasi
Akurasi adalah tingkat ketepatan atau keakuratan dalam penentuan sampel.
a.
Sampel yang diambil betul-betul dapat menggambarkan
karakteristik populasi.
b.
Sampel dikatakan akurat apabila sejauh mana statistik
sampel dapat mengestimasi populasi dengan tepat (menghitung derajat
kepercayaan), biasanya digunakan derajat kepercayaan (α= 0, 05 untuk penelitian
sosial atau 0,01 untuk penelitian klinik).
c.
Kesalahan dalam penentuan sampel akan menyebabkan
kesalahan dalam interpretasi.
Contoh: penelitian tentang “Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap bidan
terhadap perilaku pencegahan penularan HIV/ AIDS di RSUD X. Tahun 2015”.
Populasi terjangkau adalah seluruh bidan yang bekerja di RSUD X. Tahun 2015. Sampel yang diambil adalah bidan
dengan tingkat pendidikan D IV masa kerja 5 tahun. Kesalahan interpretasi, jika
pada populasi terjangkau, ternyata jenjang pendidikan bidan terbanyak adalah
lulusan D III kebidanan. Ketika kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku bidan dalam pencegahan penularan HIV/
AIDS di rumah sakit dalam KATEGORI BAIK dan berhubungan secara SIGNIFIKAN,
kemungkinan dapat TERJADI KESALAHAN INTERPRETASI, karena tingkat pendidikan dan
pengalaman kerja sampel menunjukkan kecenderungan hasil penelitian, sedangkan
populasi sebenarnya jumlah bidan terbanyak adalah D III Kebidanan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan sampel yang dapat mewakili dan
memprediksi populasinya, tidak cukup hanya dengan memenuhi jumlah sampel
minimal, namum sampel juga harus mempunyai selengkap mungkin karakteristik
populasi.
2.
Presisi (ketelitian)
a.
Sampel yang presisi adalah sejauh mana hasil penelitian
berdasarkan sampel yang merefleksikan realitas populasinya dengan teliti.
b.
Tidak menimbulkan kesalahan pengambilan sampel.
c.
Standar erornya kecil (menunjukkan tingkat ketepatan
hasil penelitian), misalnya 1%, 5%.
Standar eror yaitu merupakan simpangan baku dari rata-rata (SE).
Rumus standar eror, sebagai berikut:
|
Keterangan:
S2 (Standar Deviasi) = untuk menjelaskan homogenitas kelompok
atau variasi sebaran data. Semakin kecil S2, maka variasinya semakin
sama.
Rumus standar deviasi, yaitu:
2.3.
Kegunaan Sampel
Menurut Notoatmodjo (2005),
Kegunaan sampel sebagai berikut:
1.
Menghemat biaya
Biaya dapat
ditekan atau dikurangi karena penelitian dilakukan pada sebagian obyek yang
diteliti.
2.
Mempercepat pelaksanaan penelitian
Penelitian yang
dilakukan pada sebagian obyek, membutuhkan waktu yang relatif singkat.
3.
Menghemat tenaga
Penelitian yang
dilakukan pada sebagian obyek, hanya membutuhkan sedikit tenaga dari pada
penelitian populasi.
4.
Memperluas ruang lingkup penelitian
Penelitian yang
dilakukan pada sampel, dengan waktu, tenaga, biaya yang sama, dapat dilakukan
penelitian yang lebih luas ruang lingkupnya
5.
Memperoleh hasil yang akurat
Penelitian yang
dilakukan pada populasi, jelas akan menyita sumber-sumber daya yang lebih
besar, termasuk usaha analisis. Hal ini akan berpengaruh terhadap keakuratan
hasil penelitian. Dengan menggunakan sampel, maka dengan usaha yang sama akan
diperoleh hasil analisis yang lebih akurat.
2.4.
Faktor yang
Mempengaruhi Pengambilan Sampel
Faktor yang mempengaruhi pengambilan sampel, menurut Notoatmodjo (2005),
sebagai berikut:
1.
Membatasi populasi
Suatu populasi menunjukkan sekelompok subyek yang menjadi obyek atau
sasaran penelitian. Sasaran penelitian ini dapat dalam bentuk manusia atau
bukan manusia, seperti wilayah geografis, penyakit, penyebab penyakit,
program-program kesehatan, gejala penyakit, dan sebagainya. Apabila tidak
dilakukan pembatasan terhadap populasi, maka kesimpulan yang ditarik dari hasil
penelitian tidak menggambarkan atau mewakili seluruh populasi. Tanpa pembatasan
yang jelas, anggota populasi tidak akan memperoleh sampel yang representatif.
Oleh karena itu, dalam penelitian apapun populasi harus dibatasi, misalnya
wilayah kabupaten, kecamatan, dan sebagainya.
2.
Mendaftar seluruh unit yang menjadi anggota populasi
Seluruh unit yang menjadi anggota populasi dicatat secara jelas, sehingga
dapat diketahui, unit-unit yang termasuk pada populasi dan unit mana yang
tidak.
3.
Menentukan sampel yang akan dipilih
Dari daftar populasi yang ditentukan, kemudian dipilih sampel. Besar sampel
memerlukan perhitungan tersendiri, dan tergantung dari karakteristik populasi,
misalnya homogen, heterogen.
4.
Menentukan teknik sampel
Teknik sampling sangat penting karena apabila salah dalam menggunakan
teknik sampling, maka hasilnya pun jauh dari kebenaran.
2.5.
Prosedur
Pengambilan Sampel
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam mengambil sampel dari populasi
menurut Notoatmodjo (2005), adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan tujuan penelitian
2.
Menentukan populasi penelitian
3.
Menentukan jenis data yang diperlukan
4.
Menentukan teknik sampling
5.
Menentukan besar sampel (sampel size)
6.
Menentukan unit sampel yang diperlukan
7.
Memilih sampel
2.6.
Penentuan Jumlah Sampel
1.
Sebenarnya,
tidak ada aturan yang baku dalam menentukan jumlah sampel dari suatu populasi.
Pada dasarnya, semakin besar jumlah sampelnya, semakin akurat hasil
penelitiannya. Tetapi, besar kecilnya sampel akan sangat dipengaruhi oleh besar
kecilnya biaya, tenaga dan waktu yang tersedia.
2.
Selain
itu, jenis penelitian juga akan mempengaruhi ukuran sampelnya. Untuk penelitian
yang sifatnya deskriptif umumnya membutuhkan jumlah sampel yang lebih banyak
dari pada penelitian yang dilakukan untuk menguji hipotesis.
3.
Ada
beberapa pendapat yang diajukan dalam penentuan jumlah sampel ini,diantaranya,
apabila populasi cukup homogen (serba sama), terhadap populasi di bawah 100
dapat dipergunakan sampel sebesar 50%, di atas 1.000 sebesar 15%.
4.
Besar
kecil sampel penelitian tergantung kepada peneliti menduga ukuran atau
parameter populasi dan tujuan penelitian. Maknanya semakin besar sampel
mendekati populasi maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan
sebaliknya apabila semakin kecil sampel dari populasi, maka semakin besar
kesalahan generalisasi (diberlakukan secara umum) (Sugiyono, 2013).
5.
Untuk
menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun acuan tabel yang
dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah
sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam
penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan
untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah 100.
6.
Besaran
atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian
atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan,
pada penelitian sosial maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin
besar tingkat kesalahan maka makin kecil sampel. Namun yang perlu
diperhatikan adalah semakin besar sampel (semakin mendekati populasi)
maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil
sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan
generalisasi.
No comments:
Post a Comment