Thursday, 26 January 2017

PAHLAWAN PELOPOR NASIONAL

Pahlawan Pelopor Nasional
Pahlawan Nasional adalah gelar penghargaan tingkat tertinggi di Indonesia. Gelar anumerta ini diberikan oleh Pemerintahan Indonesia atas tindakan yang dianggap heroik – didefinisikan sebagai "perbuatan nyata yang dapat dikenang dan diteladani sepanjang masa bagi warga masyarakat lainnya." atau "berjasa sangat luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara." Kementerian Sosial Indonesia memberikan tujuh kriteria yang harus dimiliki oleh seorang individu yang akan diberikan gelar pahlawan pelopor nasional, yakni:
  • Warga Negara Indonesia yang telah meninggal dunia dan semasa hidupnya:
    • Telah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik/ perjuangan dalam bidang lain mencapai/merebut/mempertahankan/mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
    • Telah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara.
    • Telah menghasilkan karya besar yang mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.
  • Pengabdian dan Perjuangan yang dilakukannya berlangsung hampir sepanjang hidupnya (tidak sesaat) dan melebihi tugas yang diembannya.
  • Perjuangan yang dilakukan mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional.
  • Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan/nasionalisme yang tinggi.
  • Memiliki akhlak dan moral yang tinggi.
  • Tidak menyerah pada lawan/musuh dalam perjuangannya.
  • Dalam riwayat hidupnya tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dapat merusak nilai perjuangannya.
Sejak 2000, upacara diselenggarakan setiap Hari Pahlawan pada tanggal 10 November. Pahlawan-pahlawan tersebut berasal dari seluruh wilayah di kepulauan Indonesia, dari Aceh di bagian barat sampai Papua di bagian timur. Mereka berasal dari berbagai etnis, meliputi pribumi Indonesia, etnis Tionghoa, dan Eurasia. Mereka meliputi perdana menteri, gerilyawan, menteri-menteri pemerintahan, prajurit, bangsawan, jurnalis, Ulama, dan seorang uskup. Berikut beberapa pahlawan pelopor nasional di Indonesia :
1.      Dr. Sutomo
Dr. Soetomo lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 3 Oktober 1920, dan wafat di Padang Arafah, Arab Saudi pada tanggal 7 Oktober 1981 pada umur 61 tahun), lebih dikenal dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo, adalah seorang pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembali para penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang dikenal/diperingati sebagai Hari Pahlawan.





Dr. Soetomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ketika ia terpilih pada 1944 untuk menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenal dia. Namun semua ini mempersiapkan Soetomo untuk peranannya yang sangat penting, ketika pada Oktober dan November 1945, ia menjadi salah satu Pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya, yang pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh pasukan Inggris yang mendarat untuk melucutkan senjata tentara pendudukan Jepang dan membebaskan tawanan Eropa. Soetomo terutama sekali dikenang karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh dengan emosi. Meskipun Indonesia kalah dalam Pertempuran 10 November itu, kejadian ini tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia.
2.      Tjipto Mangunkusumo
Beliau merupakan dokter profesional yang cenderung lebih dikenal sebagai tokoh pergerakan nasional. Bersama dengan Ki Hajar Dewantara dan Douwes Dekker, beliau mendirikan partai politik Nationale Indische Partij. 
Pada awalnya Dr. Cipto Mangunkusumo bergerak sebagai dokter pemerintahan dibawah Belanda. Namun karena beberapa tulisannya dalam De Express yang cenderung mengkritik kekejaman pemerintahan Belanda, akhirnya beliau diberhentikan sebagai dokter pemerintahan. Hal tersebut membuat beliau semakin intens melakukan perjuangan. Bayangkan jika kita seperti beliau? Mungkin kita malah akan mengemis-ngemis kembali meminta jabatan dengan gaji layak tersebut kembali. Tapi beliau tidak, dengan sepenuh hati memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo (Cipto Mangunkusumo) lahir di Ambarawa, Semarang tahun 1886 dan wafat di Jakarta pada tahun 1943 dengan umur 57 tahun. Beliau adalah seorang tokoh pergerakan kemerdekaan indonesia. 
Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal sebagai "Tiga Serangkai" yang banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri dan kritis terhadap pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Ia adalah tokoh dalam Indische Partij, suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh Belanda. Pada tahun 1913 ia dan kedua rekannya diasingkan oleh pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas politiknya, dan baru kembali 1917.











3.      Haji Umar Said Cokroaminoto
Cokroaminoto merupakan pemimpin Sarekat Dagang Indonesia yang lahir karena adanya dorongan dari R. M. Tirtoadisuryo yang mana beliau merupakan pendiri Sarekat Dagang Islam.

Cokroaminoto dikenal sebagai seorang politikus dan seorang orator yan cakap dan bijak, kemampuannya berorator itu memikat anggotanya. Di bawah kepemimpinannya diletakkan dasar-dasar baru yang bertujuan untuk memajukan semangat dagang bangsa Indonesia. Di samping itu, Sarekat Dagang Islam juga memajukan rakyat dengan menjalankan hidup sesuai ajaran agama dan menghilangkan paham yang keliru tentang agama islam. Sarekat Dagang Islam kemudian berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1913.

4.      Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk masyarakat pribumi di Indonesia ketika masih dalam masa penjajahan Kolonial Belanda. Mengenai profil Ki Hajar Dewantara sendiri, beliau terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang kemudian kita kenal sebagai Ki Hajar Dewantara. Beliau sendiri lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, Hari kelahirannya kemudian diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau sendiri terlahir dari keluarga Bangsawan, ia merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari Pakualam III. Terlahir sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh pendidikan untuk para kaum bangsawan. Ki Hajar Dewantara cenderung lebih tertarik dalam dunia jurnalistik atau tulis-menulis, hal ini dibuktikan dengan bekerja sebagai wartawan dibeberapa surat kabar pada masa itu, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Gaya penulisan Ki Hadjar Dewantara pun cenderung tajam mencerminkan semangat anti kolonial.















Tanggapan mengenai pahlawan pelopor nasional :

1.      Sebagai warga negara Indonesia, kita patut bersyukur karena memiliki pahlawan yang rela berjuang memerdekakan Indonesia. Kita tahu bahwa sebelum bangsa indonesia merdeka, bangsa Indonesia telah dijajah oleh negara lain. Demi membebaskan Indonesia dari jajahan, para pahlawan rela berjuang di medan perang. Bahkan tidak sedikit pahlawan yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Maka dari itu kita harus selalu bersyukur dan meneladani sikap pahlawan Indonesia. (Anisa Mega Maghfiroh 06/7786)
2.      Menurut pendapat saya pahlawan pelopor nasional adalah orang yang berjasa bagi bangsa, negara, dan agama. Karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, mereka mampu merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Pembangunan yang ada di Indonesia juga merupakan gagasan atau pemikiran dari mereka. Sehingga kita dapat menikmati manfaatnya. Mereka pantang menyerah dalam melawan musuh untuk merebut kemerdekaan. Untuk itu sudah sepantasnya kita menghormati dan menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah membebaskan bangsa Indonesia dari penjajah. (Annissa Putri Damarasri 07/7790)
3.      Pahlawan pelopor nasional adalah pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Demi memperjuangkan kemerdekan Indonesia, para pahlawan rela mempertaruhkan jiwa dan raga. Sebagai generasi muda kita patut bersyukur bahwa Indonesia memiliki pahlawan yang rela berjuang demi Indonesia dan saya sangat kagum dan bangga akan perjuangan para pahlawan. Dan sekarang adalah tugas kita sebagai penerus para pahlawan untuk terus menjaga kemerdekaan Indonesia. (Berliyana Wahyu Ningtyas 09/7811)
4.      Terlahir setelah Indonesia merdeka adalah suatu anugerah yang patut kita syukuri, namun juga bukan untuk menyombongkan diri. Kita harus sadar diri bahwa tanpa pahlawan, kita bukan apa-apa. Merekalah yang rela berjuang meluangkan waktu, tenaga, materi, bahkan nyawa demi kemerdekaan Indonesia. Oleh sebab itu, saya sangat kagum dan salut kepada semua pahlawan. Mereka berjuang atas dasar kesadaran dan kewajiban. Mereka juga menyadarkan saya bahwa perjuangan mewujudkan cita-cita harus dilandasi dengan kesadaran tinggi dan dijalankan setulus hati. (Hanum Bella Ardya Garini 16/7884)



No comments:

Post a Comment