Istilah “skema”
sebenarnya bukan hal yang baru bagi kita. Kata ini sudah lama milik bahasa
Indonesia (merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris ‘schema’).
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘skema’merupakan
padanan dari ‘bagan’, ‘rangka-rangka’, ‘rancangan’.
Skema adalah suatu kerangka kerja
kognitif atau konsep yang membantu mengatur dan menginter prestasikan
informasi. Skema dapat berguna karena mereka dapat memungkinkan kita untuk mengambil
jalan pintas dalam menafsirkan sejumlah besar informasi yang tersedia
dilingkungan kita. Namun kerangka mental ini juga menyebabkan kita untuk
mengecualikan informasi yang berkaitan dengan hanya berfokus pada hal-hal yang
mengkonfirmasi keyakinan kita yang sudah ada sebelumnya ( Priyoto, 2014).
Skema
atau skemata sebagai organisasi sistemik memberikan gambaran mental kepada
individu tentang objek dalam bentuk yang kompleks dan canggih. Skema/skemata
menjadi bangunan dasar dari pengetahuan, nilai, sikap, dan tindakan individu
terhadap objek, serta menjadi kerangka acuan bagi individu di dalam mengerti,
menilai, bersikap, dan bertindak atas objek ( Farisi, 2006).
Ada beberapa sumber yang menjelaskan pengertian
skema ini. Keterangan yang cukup lengkap
dikemukakan oleh Chaplin (1981) yang
terdapat dalam Dictionary of
Psychology.
Chaplin
mengemukakan empat macam keterangan tentang skema itu, ialah:
1.
skema
sebagai suatu peta kognitif yang terdiri atas sejumlah ide yang tersusun rapi
2.
skema
sebagai kerangka referensi untuk merekam berbagai peristiwa atau data
3.
skema
sebagai suatu model
4.
skema
sebagai suatu kerangka referensi yang terdiri atas respons-respons yang pernah
diberikan, kemudian menjadi standar bagi respons-respons selanjutnya.
Dalam kamus ‘A
Dictionary of Reading’ (1981) dijelaskan tentang makna skema sebagai berikut:
1)
Skema
adalah suatu pemberian yag digeneralisasikan, suatu rencana atas struktur, seperti yang digunakan dalam
kalimat “Skema proses membaca setiap orang boleh dikatakan tidak pernah sama”.
2)
Skema
adalah suatu sistem yang konseptual yang perlu untuk memahami sesuatu.
Contoh, skema
tentang kebudayaan yang dimiliki oleh si A dapat menolong pemahamannya dalam
bidang bahasa.
3)
Skema
adalah suatu cerita yang melahirkan kenyataan yang disimpan dalam pikiran,
tetapi tidak ditransformasikan lewat pikiran (Piaget).
Dari sejumlah
pengertian skema di atas, kita dapat menangkap pengertian yang sederhana
tentang skema itu, yakni sebagai latar belakang atau asosiasi-asosiasi yang dapat
bangkit dan muncul atau membayang kembali pada saat seseorang melihat atau
membaca kata, frasa, atau kalimat. Dengan demikian, skema sangat membantu
terhadap pemahaman sesuatu yang didengar atau dibaca. Banyak skema yang dapat
kita miliki tentang objek-objek tertentu, misalnya tempat (sekolah, rumah,
pasar, bioskop), berbagai kegiatan (sepak bola, pertunjukan sandiwara, pesta
ulang tahun), tentang peranan (ayah, ibu, guru, kakak), tentang perasaan
(kasih, benci, sayang, senang, bahagia). Waktu membaca atau mendengar kata
“pantai”, pikiran kita mungkin akan mengasosiasikan atau menghubungkan konsep
pantai itu dengan berbagai konsep lain yang dekat hubungannya dengan pantai,
seperti gemuruh ombak, orang yang riang bermain-main dengan air laut, pohon
nyiur yang indah melambai-lambai atau sinar lembayung saat matahari terbenam.
Mungkin juga skema tentang pantai dapat berasosiasi dengan rencana berikutnya
untuk pergi ke pantai yang lebih mudah, berkemah di tepi pantai dan seterusnya.
Dengan demikian, skema seseorang tidak akan sama dengan yang lainnya. Dengan
kata lain, skema seseorang sangat bergantung pada pengalaman yang dimilikinya.
Berdasarkan
uraian di atas, bolehlah kita mengatakan bahwa skema adalah abstraksi
pengalaman yang secara tetap mengalami pemantapan sesuai dengan informasi baru
yang diperoleh. Dengan demikian, semakin banyak pengalaman seseorang semakin
bertambah pulalah penyempurnaan skemanya.
Skema pengetahuan
terorganisasi menurut Anderson dapat berkembang, perkembangan terjadi sesuai
adanya informasi baru yang diterima, dan bisa terjadi tambahan
variable-variabel baru yang merubah organisasi skema, contoh gambar 1 dibawah
ini tentang skema telur yang awalnya hanya bentuk telur dan kegunaan telur bisa
berkembang menjadi skema binatang penghasil telur, dan seterusnya.
|
Gambar 1 : Skema telur
|
2. Pembentukan dan
Perkembangan Skema
Dalam
teori konstruktivisme terdapat dua pandangan tentang proses pembentukan dan
perkembangan skema atau skemata. Piaget dan para proponen konstruktivisme
kognitif, memandang bahwa proses pembentukan dan perkembangan skema atau
skemata terjadi melalui mekanisme internal atau intra-psikologis, melalui
fungsi adaptasi skematik (asimilasi dan akomodasi) sebagaimana sudah
dikemukakan di atas. Sedangkan Vygotsky dan para proponen konstruktivisme
sosio-kultural,meman-dang bahwa proses pembentukan dan perkembangan skema atau
schemata terjadi melalui mekanisme interpersonal atau inter-psikologis, melalui
fasilitasi yang disebut alat-alat psikologi (psychological tools), yang
sekaligus merupakan konsep kunci dalam epistemologi sosio-kultural Vygotskyan.
Dalam aliran konstruktivisme, teori alat-alat psikologis ini memberikan
perspektif yang segar dalam kajian perbandingan tentang teori perkembangan psikologi
anak dan epistemologi genetic Piagetian. Teori alat-alat psikologi ini, juga
memberikan kontribusi terhadap signifikansi aspek sosio-kultural dalam proses
pembentukan dan pengembangan skema (skematisasi),
yang dalam teori struktur skematik model Piagetian bersifat marginal (Farisi,
2006).
3. Teori
Skema
Teori skema berupaya menjelaskan
bagaimana manusia dapat menangani lingkungan harian kita yang berubah terus
menerus. Yang jelas, manusia tidak memandang setiap situasi sebagai unik dan
tidak lazim baginya. Dengan cepat ditemukannya unsur-unsur dan pola-pola yang
sudah dikenalnya dalam kegiatan-kegiatan sekitarnya. Ini berkaitan dengan
memori kita di mana tersimpan suatu perbendaharaan amat besar daripada
pengalaman, fakta, bau, rasa pokoknya apa saja, yang memungkinkan seseorang
mengadakan perkiraan mengenai apa yang terjadi disekitarnya. Dan caranya dia
menarik bagian-bagian dari memori itu tidak terpenggal-penggal secara acak dan
lepas, melainkan dalam bentuk terorganisir. Itulah yang memungkinkan seseorang
dengan cepat membedakan atara upacara perkawinan dan upacara wisuda atau antara
terminal bis dan bandara.
Teori skema berkembang berdasarkan
konsep skema dalam psikologi kognitif. Skema (atau skemata) adalah struktur
sistematis daripada kumpulan bebagai pengetahuan yang diperoleh sejak masa
kanak-kanak. Pengetahuan ini tentu saja berbeda setiap orang sesuai dengan usia
serta pengalamannya.
Teori skema, yang sekarang diterima
secara luas sebagai memainkan peran kunci dalam pembacaan pemahaman didasarkan
pada asumsi bahwa pengetahuan awal pembaca secara langsung berdampak pada
situasi pembelajaran baru. Teori skema telah ada dalam berbagai bentuk sejak
tahun 1930-an, namun baru muncul kembali akhir-akhir ini dan telah digambarkan
sebagai suatu konsep penting dalam pengajaran.
Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam
menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik
secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui
sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori
pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan
pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya
digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya
ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis
binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak
kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan
mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan
perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk
memasukkan jenis burung yang baru ini.
Skema memudahkan kita berpikir dari atas ke bawah, mengendalikan kosep
atau teori mengendalikan proses dan juga sebalikanya dari bawah keatas atau
mengendalikan proses data,, kita cenderung mengisi kekosongan dalam celah
dengan pengetahuan utama kita dan prasangka daripada mencari kumpulan informasi
secara lansung dari konteks yang segera.
4. Ciri-ciri Skemata
Beberapa ciri
schemata sebagaimana dikemukakan oleh Anderson :
1. Skemata selalu diorganisir secara bermakna, dapat ditambahkan dan
dengan pengalaman yang diperoleh seseorang dapat dikembangkan sehingga mencakup
lebih banyak variabel dan menjadi leih khas.
2. Setiap skema termasuk dalam schemata lain dan berisi
subskemata-subskemata.
3. Schemata berubah dari waktu ke waktu seiring dengan masuknya
berbagai informasi.
4. Schemata dapat juga disusun kembali ketika data yang masuk membawa
suatu kebutuhan untuk mengatur kembali konsep tersebut.
5. Representasi mental digunakan selama proses persepsi dan pemahaman
dan yang berkembang sebagai hasil proses ini, bergabung untuk membentuk suatu
kesatuan yang lebih besar dari gabungan seluruh bagiannya.
5. Tipe-tipe Skema
Ada banyak tipe skema, meskipun semuanya
berpengaruh dari encoding (mengambil/ mengatakan dan menterjemahkan) memori
informasi lama dan penyimpulan tentang informasi yang hilang. Skema yang sering
digunakan adalah person schemata, role schemata, event schemata/scripts,
content free schemata dan self schemata.
a.
Person
Skemata
Peson schemata adalah struktur
pengetahuan secara pribadi tentang seseorang yang spesifik, misalnya: kita
mempunyai skema tentang teman baik kita
(kita menggambarkan teman kita baik dan pintar tetapi cenderung clam up di
perusahaan dan memilih duduk di kafe daripada naik gunung) atau tentang polisi
tertentu, penulis terkenal atau tetangga sebelah kita.
b.
Role
Skemata
Role schemata adalah struktur
pengetahuan tentang kedudukan suatu peraturan, misalnya pilot pesawat terbang
(mereka menerbangkan pesawat dan tidak seharusnya minum whisky di kabin) dan
dokter (meskipun orang asing, mereka diperbolehkan untuk bertanya masalah
pribadi dan menyuruh anda untuk membuka baju). Meskipun role skema ini dapat
sedikitnya memberikan pengetahuan bagaimana seharusnya berperan, terkadang juga
membentuk pengertian yang baik sebagai skema tentang kelompok sosial, dalam hal
jika beberapa skema terbagi secara essensial dalam stereotip sosial.
c.
Scripts
Skema tentang kejadian-kejadian, umum
disebut scripts (Abelson 1981; Shanck dan Abelson, 1977). Kita mempunyai script
(naskah) untuk menghadiri kuliah, pergi untuk nonton film, bersenang-senang di
pesta, memeberikan sebuah penyajian, makan disebuah restoran dan juga
seterusnya. Misalnya seseorang sering menonton pertandingan basket mempunyai
naskah yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang pebasket. Ini
membuat seluruh kejadian berarti, bayangkan bagaimana jika anda tidak pernah
tahu tentang pertandingan basket dan tidak pernah mendengar tentang basket.
Tidak adanya naskah yang berkaitan sering dapat menjadi kontribusi utama dalam
kemampuan diri menemukan tempat tinggal sementara dalam budaya asing (sebagai
contoh : imigran baru).
d.
Content
Free Schemata
Content free schemata tidak berisi
informasi yang banyak tentang kategori spesifik, tetapi sedikit peraturan untuk
informasi. Content free schemata dapat ditunjukkan secara spesifik seperti jika
anda menyukai John dan John menyukai Tom, maka mempertahankan keseimbangan,
anda juga seharusnya menyukai Tom atau secara spesifik bagaimana sifat dapat
menyebabkan perilaku seseorang.
e.
Self
Schemata
Akhirnya seseorang menggambarkan dan
menyimpan informasi tentang diri mereka dalam suatu kesamaan, tetapi lebih
kompleks dan bervariasi daripada informasi lainnya. Infomasi tentang susunan
cirri merupakan konsep diri. Informasi tersebut disimpan sebagai hubungan yang
terpisah-simpul spesipik yang merupakan aktivitas hubungan yang berbeda, simpul
berbeda dan aspek dalam diri yang berbeda. Orang cenderung memiliki pemahaman
yang jelas tentang diri mereka dalam beberapa hal tertentu, tetapi tidak
memiliki skema untuk hal yang lainnya. Seseorang memiliki skema diri dalam
suatu dimensi yang penting bagi diri mereka, dimana mereka berpikir mereka luar
biasa dan kenyataannya berlainan.
Kebanyakan orang
memiliki konsep diri yang kompleks dengan skema diri yang relative luas.
Linville mengusulkan bahmwa variasi tersebut membantu menopang seseorang dari
dampak negative kejadian kehidupan dengan meyakini benar bahwa skema diri salah
satunya berasal dari perasaan puas. Skema diri tidak hanya menggambarkan
tentang bagaimana kita, Markus dan Nurius mengusulkan bahwa kita memiliki
barisan skema orientasi masa depan tentang keinginan kita akan menjadi apa
nantinya. Misalnya setelah lulus, seorang siswa ingin memiliki masa depan
sebagai model sebuah universitas atau penyanyi band rock and roll.
Higgnis
mengusulkan
bahwa kita memiliki 3 tipe skema diri:
1.
Actul
self, tentang bagaimana kita saat ini
2.
Ideal
self, tentang kita ingin menjadi apa
3.
Ought
self, tentang bagamana kita seharusnya
Perbedaan antara
actul self, ideal self dan ought self dapat menyebabkan perubahan untuk
mengurangi perbedaan. Kegagalan untuk memutuskan perbedaan actual/ ide
menghasilkan hilangnya hubungan emosi (seperti : kecemasan, ketidakpuasan,
kesedihan) sementara kegagalan memutuskan perbedaan actual/ought menghasilkan
pemberontakan hubungan emosi (seperti : kecemasan, ancaman, ketakutan).
6.
Penggunaan
Skema
Manusia dalam
berbagai situasi dan peristiwa mempunyai banyak ciri-ciri yang mungkin tidak
secara langsung terlihat nyata yang akan digunakan sebagai dasar dari sebuah
kategorisasi dan konsekuensi dimana sebuah skema dipilih untuk digunakan
(gambar 1). Sebagai contoh: orang tertentu mungkin berkebangsaan Inggris,
seorang wanita Katolik dari Aberdeen yang lucu, pintar, tidak terlalu atletis
dan bekerja sebagai insinyur. Isyarat-isyarat apa yang akan digunakan sebagai
dasar pengkategorian dan penggunaan skema?
Karena manusia
cenderung menggunakan kategori level dasar yang tidak terlalu inklusif maupun
ekslusif, mereka mengawali dengan super ordinat atau sub ordinat (misalnya:
wanita karir, bukan wanita atau pengacara wanita) , kemudian mereka melanjutkan
dengan stereotip sosial dan skema peran daripada skema ciri (misalnya: politisi
bukan intelegen). Manusia juga lebih cenderung menggunakan skema yang cirinya
lebih mudah dideteksi keistimewaannya, seperti warna kulit, pakaian atau tampak
fisik atau yang mempunyai keistimewaan khusus secara kontekstual (misalnya:
seorang pria diantara para wanita). Skema yang mudah didapat yang biasa
dilakukan atau yang paling mencolok dan skema yang mempunyai banyak
keistimewaan penting terhadap skema itu sendiri mempunyai kemungkinan besar
dipikirkan. Jadi misalnya seseorang yang mendiskriminasikan warna kulit akan
cenderung menggunakan skema berdasarkan warna kulit daripada yang tidak
mendiskriminasikan warna kulit. Akhirnya seseorang cenderung untuk mencirikan
skema suasana hati yang biasa terjadi dan skema yang berdasarkan informasi awal
daripada informasi akhir.
Cost of Being Wrong
·
Outcome
dependency
·
Accountability
|
Cost of Being Indecisive
·
Anxiety
and stress
·
Performance
Pressure
·
Communication
Goals
|
Individual Differences
·
Attributional
Complexity
·
Uncertainty
Orientation
·
Communication
Goals
·
Need
for Cognition
·
Cognition
Complexity
·
Self
Schemata
·
Chronic
Accessibility
|
Commonly
Used Shemata
·
Subtypes
· Prototypes
· Roles
· Easily Determined
· Schemata
· Accessibility Schemata
· Self Referent Schemata
· Mood Congruent Shemata
|
Gambar 2 : Some Major Influences
on Commonly Used Schemata
|
Skema
dengan ciri wajar dengan proses skema yang cukup fungsional dan cukup akurat
untuk keperluan interaksi yang cepat. Mereka mempunyai akurasi yang dibatasi.
Kadang seseorang perlu menggunakan skema yang lebih akurat yang cocok terhadap
datanya, pada suatu kasus ada pergeseran kognitif dari kendali teori menjadi
kendali data.
Banyak
orang dapat menjadi sadar bahwa proses skematis tidak akurat dan dalam kasus
skema kelompok sosial, tidak diinginkan karena mengikutsertakan stereotip dan
prasangka buruk. Sebagai akibat banyak orang secara aktif akan mencoba untuk
tidak terlalu mengandalkan skema. Walaupun hal ini bisa mendapatkan kesuksesa
namun sering tidak signifikan terhadap latar belakang proses yang telah dijelaskan
diatas.
Terdapat
perbedaan individual yang mungkin dapat mempengaruhi derajat dan tipe
penggunaan skema, yaitu:
1. Kompleksitas atribut (sifat)
variasi orang-orang dlam kompleksitas dan angka pada penjelasan mereka terhadap
orang lain.
2. Orientasi ketidakpastian
variasi orang-orang dalam keinginan mendalami seuah informasi versus sisa-sisa
yang tidak diberi informasi namun pasti.
3. Kebutuhan akan kognitif
perbedaan orang-orang dalam seberapa banyak mereka menyukai untuk berpikir
dalam-dalam mengenai sesuatu.
4.
Kompleksitas
kognitif perbedaan orang-orang dalam kompleksitas dari proses kognitif dan
representasi mereka.
Banyak
orang juga berbeda dalam berbagai skema yang mereka pilih tentang mereka
sendiri. Pada dasarnya komponen yang sangat penting dari sebuah skema tentang
diri sendiri juga penting dalam persepsi skema orang lain. Perbedaan individu
dalam aksessibilitas kronis (sering digunakan) dari skema dapat sering
berdampak pada penggunaan skema untuk penerimaan orang lain. Dua tipe skema
yang telah diteliti secara luas dan memperhatikan perbedaan pada manusia adalah
skema gender dan polotik. Manusi cenderung berbeda dalam istilah tradisional
atau sifat konservatif dari skema gender atau peran gender dan hal ini
mempengaruhi diantara hal-hal yang lain, tingkatan dimana mereka merasa orang lain
lebih atau kurang maskulin atau feminism. Skema politik terlihat mengandalkan
keahlian dan pengetahuan politis dan penggunaan skema tersebut memprediksi laju
penyandian, pemikiran focus, recall yang relevan dan seterusnya.
7.
Perkembangan
Skema
Skema kemahiran dan
perkembangan mengikutsertakan beberapa proses:
1.
Skema
lebih abstrak, pertaliannya semakin kuat jika kejadiannya sering ditemukan
2.
Skema
menjadi lebih berbobot dan lebih rumit sejalan dengan banyaknya hal baru yang
ditemukan pengalaman yang banyak dengan sesorang tertentu atau suatu kejadian
menyebabkan skema menjadi lebih kompleks tentang orang atau kejadian tersebut.
3.
Dengan
meningkatnya kompleksitas, skema jauh lebih terorganisir ada hubungan yang
bertambah diantara elemen-elemen skema.
4.
Peningkatan
peraturan menghasilkan skema yang lebih padat, salah satu yang lebih menyerupai
sebuah konstruksi mental yang dapat diaktifkan dalam tanpa atau segala cara.
5.
Skema
menjadi lebih fleksibel jauh. Skema tersebut dapat menggabungkan perkecualian
daripada hanya menyingkirkan perkecualian karena dapat mengancam validitas dari
skema tersebut.
6.
Semua
hal menjadi sama, seluruh proses tersebut seharusnya membuat skema menjadi
lebih akurat.
Skema memberikan
pendirian akan tertib, struktur dan suatu hubungan terhadap dunia sosial. Jika
tidak, akan menjadi kompleks dan tidak dapat diprediksi. Untuk alas an ini ada
beberapa tekanan yang kuat untuk mempertahankan skema tersebut. Banyak orang
sangat resisten terhadap informasiyang tidak jelas tentang skema, dimana mereka
cenderung tidak perduli atau mengartikan ulang.
Kepemilikan dari
sebuah skema yang stabil dan tidak berubah-ubah bahkan yang sedikit tidak
akurat, menyediakan kita dengan keunggulan proses informasi yang signifikan.
Ketidakakuratan yang tinggi, sering akan mengakibatkan perubahan skema.
Misalnya,nskema yang mengkarekteristikkan dinga buas, menyenangkan untuk
disayangi, binatang piaraan yang biasa suka diajak bermain. Jika anda menemukan
singa tersebut di alam terbuka, perubahan karekteristik akan terjadi secara
dramatis jika selamat dalam pertemuan tersebut
Rothbart (1981) mengusulkan tiga proses
perubahan skema:
1.
Pencatatan
adalah sebuah proses perubahan yang lambat dan berangsur-angsur dalam merespon
sebuah bukti baru.
2.
Konfersi,
informasi yang belum dipastikan secara berangsur-angsur bertambah sampai
informasi-informasi yang penting telah didapatkan, pada saat tersebut akan
terjadi perubahan mendadak dan secara besar-besaran.
3.
Subtype,
skema merubah konfigurasinya dalam merespon informasi yang belum dipastikan
dengan membentuk sub kategori.
Perubahan skema
juga tergantung pada tingkatan dimana skema secara logika tidak dapat
dipastikan atau hampir tidak dapat dipastikan. Secara logis skema yang tidak
dapat dipastikan biasanya dengan mudah diubah oleh adanya bukti tidak dapat
dipastikan, misalnya jika skema kita tentang Paul adalah seorang yang jujur,
maka bukti bahwa ia berbuat curang akan mengubah skema kita (orang jujur tidak
berbuat curang). Skema yang hampir tidak dapat dipastikan juga mudah untuk
diubah: yaitu yang mudah menemui ketidakcocokan, misalnya keramahtamahan,
karena hal tersebut sering diperlihatkan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat
sedikit kesempatan untuk memperhatikan contohnya perasaan pengecut, maka skema
perasaan pengecut hampir tidak dapat dipastikan.
DAFTAR PUSTAKA
Farisi,
M. I, 2006. Dari Teori Skema Ke Teori Kurikulum: Rekomendasi Untuk Kurikulum
Pendidikan Ips-Sd. Surabaya : FKIP Universitas Terbuka di UPBJJ-UT.
Priyoto, 2014. Teori
Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Richgel, D. L. 1982. Schema Theory Linguistic Theory,
and Representation of Reading Comprehension. Journal of Aducationa Reaseach
: Luisiana State University
Syiung An, 2013. Schema Theory in Reading. Finland :
ACADEMY PUBLISHER Manufacture.
Sulstyaningsih, L. S. 2005. Teori Skema. Bogor : Universitas Pendidikan Indonesia.
No comments:
Post a Comment